Kisah Perenungan Jalan Salib
IMG_7160.JPGlPerhentian 1: Yesus dihukum mati. Sesudah ditangkap Yesus mula-mula dihadapkan ke sidang Sanhedrin. Pada keesokan harinya Ia dibawa ke Pengadilan Pilatus. Pilatus bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?”. Mereka menjawab dengan mengajukan saksi-saksi dusta. Kemudian Pilatus memanggil masuk ke dalam Gedung Pengadilan dan memaggil Yesus untuk ditanyai tentang tuduhan mereka. Tetapi Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dituduhkan mereka kepada Yesus. Maka Pilatus berusaha melepaskan Yesus, namun oleh desakan para tua-tua, ahli2 Turat dan seluruh rakyat, Pilatus menjatuhkan hukuman mati. Ia menyerahkan Yesus kepada rakyat Yahudi untuk disalibkan (Yoh 18: 38; Yoh 19:16). “Salib bagi orang2 yang akan binasa memang merupakan kebodohan, tetapi bagi kita yang diselamatkan Salib adalah kekuatan Allah.” (1Kor 1:18)   #Sumber renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Perhentian pertama ini cukup berkesan dan membuatku merenung… Disaat Yesus di hadapkan ke pengadilan dan ada saksi2 palsu yang berdusta, Yesus sama sekali tidak membantah dan diam, meskipun Dia tidak bersalah sama sekali. Bahkan ketika rakyat banyak meminta Barabas yang notabene banyak berbuat jahat yang dibebaskan, alih-alih Yesus yang dibebaskan, Yesus tetap diam dan menerima semuanya dengan tabah. Yesus tahu bahwa Dia harus menanggung semuanya ini. Disini aku merasa Yesus sangat hebat. Dia bisa menguasai dirinya dengan tidak marah, tidak membela dirinya, tidak protes….hanya supaya kehendak BapaNya untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa ini terlaksana. CintaNya terhadap Bapa dan terhadap kita yang berdosa ini, yang membuatNya bertahan. Aku bertanya pada diriku, bisakah aku menahan diriku untuk tidak protes dan marah, ketika terkadang maksud dan kehendak baikku disalah artikan oleh orang lain? Bisakah aku ga ngomel2 saat ada orang yg tdk adil terhadap diriku? Bisakah aku menerima kritik dengan baik dengan tidak terus-terusan membela diriku dan menganggap diriku paling benar? Bisakah aku belajar bersabar dan berhati lapang seperti Yesus? Hmmm….susaaaahhhhh hiks hiks… Tapi setidaknya ajarlah aku Tuhan untuk menahan mulutku dari ucapan2 bohong yang menjatuhkan orang lain, ajarlah aku kesabaraMu meskipun cuma sepersekian persen dari kesabaranMu, ajarlah aku kerendahan hatiMu o Yesusku…

 

IMG_7169.JPGlPerhentian 2: Yesus memanggul Salib. Yesus tidak bersalah namun dijatuhi hukuman mati. Setelah diolok-olok, diludahi, dimakhotai duri dan disesah, Yesus dibawa keluar dari balai pengadilan untuk disalibkan. “Sambil memikul salibNya Yesus pergi ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: GOLGOTA.” (Yoh 19:17). Dengan memanggul sendiri salibNya, Yesus telah mengajar kita, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) #Sumber renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–>Perenunganku pribadi: Salib itu dari kayu dan pastinya berat. Yesus mau memanggulnya, Salib yang berat dipikulnya sendiri demi menebus dosa kita umat manuisa yang terkadang tdk tahu terimakasih ini… Aku membayangkan, jika Tuhan memberikan ‘salib’ untuk kupikul, beranikah aku memikulnya demi cintaku padaNya? Emmm…aku ga berani jawab terkadang. Aku pernah melewati ‘salib-salib’ kecil kehidupanku, dan itu melaluinya terkadang setengah mati beneran… Dan memang yang membuatku bertahan adalah karena aku tau pengharapanku ada pada Dia yang telah lebih dulu memikul salib dan memenangkan pertandinganNya. Kalo semisal ‘salib’ itu langsung diberikan…bleghh…ayo pikul, ya mau nda mau rasanya kudu dipikul deh… Tapi kalo diberi pilihan…errr yah mari kita tanyakan pada diri kita masing2…. Yang pasti ajarlah aku Tuhan untuk mempunyai iman dan cinta yang mengakar kuat dalam hatiku kepadaMu, iman yang tdk gampang dicabut karena akarnya telat melilit kuat di hatiku, yang membuahkan buat lebat sehingga orang disekitarku boleh merasakan manisnya kasihMu :).

 

IMG_7181.JPGlPerhentian 3: Yesus jatuh untuk pertama kalinya. Perjalanan Yesus ke Golgota semakin lama semakin jauh meninggalkan kota. Banyak darah keluar dari luka-lukaNya. Badan lelah, penat dan lemah. Beban Salib pun terasa semakin berat. Apalagi masih diperberat dengan penderitaan batin, ditinggalkan oleh para muridNya, ditolak oleh bangsaNya, dan dijatuhi hukuman mati sekalipun tidak bersalah. Sungguh bukan hanya Salib yang dipanggul Yesus, melainkan juga dosa-dosa kita. “Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kesalahan kita, hukuman yang mendatangkan keselamatan kita ditimpakan kepadaNya.” (Yes 53: 5) #Sumber renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Sekedar tambahan sedikit, bagi yang belum mengerti: Itu sebelum Yesus memikul salib, Dia sudah disiksa sedemikian hebat. Dia diberi mahkota duri itu yang tajam di kepalanya. Bisa dibayangkan kah betapa tersiksanya dan sakit yang ditanggung Yesus? Siksaan dari cambuk besi yang bergerigi tajam mengoyak dagingnya. Duri tajam yang dibuat mahkota itu menurut sejarah berasal dari tumbuhan yang bisa menyebabkan rasa sakit luar biasa akibat getah yang dikeluarkan. Pernahkan melihat film Passion of the Christ? Disana mungkin gambaran siksaan Yesus lebih jelas. Aku selalu menangis kalo melihat bagian Via Dolorosa ini…. Ga kuat membayangkannya…. beneran… Bajunya yang putih bersimbah darah… Apalagi harus memikul salib berat. Dan dia terjatuh… Saat terjatuh itu pasti kakinya terantuk tanah keras, pasti berdarah karena beban salib yang berat, entah bagian mana yang tidak sakit….rasanya tidak ada… :'(. Yesus…Yesus…. Engkau memanggul salib berat untukku… untuk kami umatMu… Ga ada yg bisa kukatakan lagi…kasihMu luar biasa….

 

IMG_7186.JPGlPerhentian 4: Yesus berjumpa dengan ibuNya. Para murid Yesus telah lari, sehingga Yesus harus menapaki jalan sengsaraNya seorang diri. Tetapi dalam perjalanan sengsara ini ternyata masih ada Maria, ibuNya, yang setia menderita bersama Dia. Ibu Yesus ternyata bukan hanya Maria. Yesus sendiri menegaskan, “Siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di surga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu!” (Mat 12:50) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik

–> Perenungan pribadi: Salah satu perhentian yang berkesan buatku sebagai seorang ibu adalah di perhentian ini. Disini diceritakan Maria, sang bunda, bertemu dengan Yesus anaknya. Anak yang dari kecil dirawat dengan penuh kasih, anak yang dijagai, anak yang ketika hilang saat berumur 12th dicari dengan begitu bingung… Anak kecil tersebut sekarang sudah dewasa, dan saat ini anak yang dikasihinya terluka dengan sangat hebat. Bayangkan kita sebagai mama, bagaimana perasaan kita kalo melihat anak yang kita sayangi diperlakukan dengan tidak adil, bagaimana kalo anak kita terluka sedemikian hebat… Sebagai ibu apa yang kita rasakan? Kalo aku…rasanya hatiku udah hancur lebur deh… Anakku kalo sakit panas aja aku kadang kuatir, belum kalo jatuh berdarah gitu pasti ditanyain dan dirawat supaya cepat sembuh. Nah ini Maria melihat Yesus bersimbah darah… Pasti ada keinginan untuk berlari dan memeluk anaknya… Tapi mungkin serdadu-serdadu menghalaunya karena Yesus harus meneruskan perjalanannya kembali… Sedih, perih, terluka hati Maria, tapi dia memendam semuanya itu dalam hatinya, dalam ketaatannya kepada kehendak Bapa di surga.

 

IMG_7214.JPGlPerhentian 5: Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene. Yesus sangat letih dan lemah, padahal tempat yang dituju masih jauh. “Maka para serdadu menahan seorang yag bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib Yesus diatas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.” (Luk 23:25). Memanggul Salib merupakan ukuran kelayakan seorang pengikut Yesus, karena Yesus sendiri bersabda barangsiapa tidak memikul salibNya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu (Mat 19:28). Jadi, bagi orang Kristen salib sugguh tidak terelakkan. Salib adalah beban yang harus kita pikul. Namun, kita akan mampu memikul beban berat itu kalau kita saling membantu. “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Maka kamu memenuhi hukum Kristus!” (Gal 6:2) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

 

IMG_7223.JPGlPerhentian 6: Wajah Yesus diusap oleh Veronika. Wajah Yesus kotor oleh darah, keringat dan debu. Semarak dan ketampanan wajahNya terasa sirna. Tepatlah gambaran Yesaya, “Banyak orang akan tertegun memandang Dia, begitu buruk rupaNya, tidak seperti manusia lagi, dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang Dia, dan ruap pun tidak sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia.” (Yes 2:14, Yes 53:2-3). Kendati begitu masih ada orang yang bersimpati pada Yesus, yakni Veronika, Ia maju mendekati Yesus, lalu mengusap wajahNya. Dengan tindakannya yang sederhana Veronika telah menolong orang yang menderita. Ia memberi contoh kepada kita mengamalkan amanat salah seorang Rasul Yesus, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Rom 12:15) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

 

IMG_7244.JPGlPerhentian 7: Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Kendati sudah ditolong oleh Simon dari Kirene dan wajahNya sudah dibersihkan, tubuh Yesus tidak bertambah segar. Salib yang menindih terasa semakin berat. Perjalanan masih jauh. Yesus semakin payah. Untuk kedua kalinya Yesus jatuh. Meskipun begitu dengan teguh hati Ia bangun. DiangkatNyalah kembali Salib berat itu, Ia meneruskan perjalanan tanpa mengeluh. Apa yang dinubuatkan Yesaya kini menjadi kenyataan, “Dia dianiyaya, Dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulutNya, seperti anak domba yang dibawa ke tempat pembantaian, seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulutNya.” (Yes 53: 7) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

 

IMG_7254.JPGlPerenungan 8: Yesus menghibur perempuan- perempuan yang menangisiNya.  Tatkala Yesus menapaki jalan SalibNya menuju Golgota, banyak orag mengikuti Dia, diantaranya banyak wanita yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah Engkau menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (Luk 23:28). Kita sering tidak punya waktu dan hati untuk orang lain. Kita sibuk dengan diri kita sendiri saja. Apalagi kita merasa bahwa penderitaan kitalah yang paling berat, dan orang lain lah penyebab penderitaan kita. “Kita sendiri susah, mana mungkin harus menghibur orang lain?” Beginilah kita sering membela diri. Yesus memberi teladan supaya kita menghibur orang lain, meskipun kita sendiri sedang menderita. Tetapi lebih dari itu, kita perlu menangisi diri kita sendiri. Kita perlu bertobat dan mengajak orang lain untuk bertobat. #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

 

IMG_7258.JPGlPerhentian 9: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya. Hari semakin panas. Jalan yang menuju puncak Golgota semakin menanjak. Tubuh Yesus yang semakin lemah tidak mampu menahan beban Salib yang berat. Untuk ketiga kalinya Yesus jatuh, TubuhNya terbanting di tanah yang berbatu-batu. Darah kembali mengucur dari luka-lukaNya. Dengan sisa tenagaNya, Yesus berusaha bangun. Yesus mau menyelesaikan perjalanan sampai ke puncak Golgota. CintaNya kepada manusia dan ketaatan kepada kehendak BapaNya memberikan kekuatan yang begitu besar kepada Yesus. Beban Yesus semakin berat kalau kita sering jatuh dalam dosa, atau kalau kita menjatuhkan orang lain. Dengan jatuh dan bangun lagi Yesus mengajar kita untuk tidak putus asa. Kalau kita jatuh dalam dosa, kita bangun lagi. #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Dengan sisa-sisa tenaganya, Yesus tidak menyerah. Dia tahu tujuan yang harus dicapai dan harus Dia genapi. Duh membayangkan darah yang mengucur rasanya hatiku semriwing :'(. Yesus bangkit demi aku dan demi kita semua anak-anakNya. Kalau Yesus tidak pernah menyerah kepada kita, apakah kita akan menyerah mengikuti Yesus bila perjalanan kita terasa berat? Inipun menjadi perenunganku pribadi… Aku ingin tetap setia kepadaMu, meskipun terkadang jalanku terasa berat… Apa yang kualami tidak sebanding dengan pengorbananMu…

 

IMG_7270.JPGlPerhentian 10: Pakaian Yesus ditanggalkan. Sesampai di puncak Golgota para prajurit menanggalkan pakaian Yesus dengan paksa. Mereka mengambil pakaian Yesus, lalu membaginya menjadi empat bagian, untuk tiap-tiap prajurit satu bagian. Demikian juga jubahNya mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas sampai ke bawah hanya satu tenunan. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain; “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatkannya.” Maka genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, “Mereka membagi-bagikan pakaianKu diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.” (Yoh 19: 23-24). Yesus telah menjadi manusia yang paling hina. Bagaimanakah sikap kita terhadapNya? Sudahkah kita melakukan seperti yang dikatakan Yesus pada hari penghakiman?-“Ketika Aku telajang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Sebab sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini kamu melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:36) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

 

IMG_7276.JPGlPerhentian 11: Yesus disalibkan. Sampailah mereka di tempat yang bernama Golgota, yang berarti tempat tengkorak. Para serdadu memberikan anggur bercampur mur kepada Yesus, tetapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia (Mrk 15: 22-24a). “Manusia lama kita telah turut disalibkan bersama Yesus, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Rm 6: 6) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Perenunga pribadi: Saat membuat Yesus disalib ini, aku ikutan merinding. Aku jadi ikut membayangkan saat memaku tangan dan kaki Yesus di kayu salib. Itu saat mencoba memberi paku ditangannya, kalo sambil dibayangkan penderitaan Yesus, ga sanggup deh aku nempel meskipun cuma titik hitam paku kecil itu :'(. Sedih rasanya. Sampai rasanya pas bikin ini, ekspresi wajahku juga tertekuk2 gitu hiks… Saat aku berdosa….aku ikut memberikan luka di tubuh Yesus yang kukasihi… Saat aku berdosa, aku menyakitiNya kembali…. Dosa-dosaku Dia pikul semua di tubuhNya. Dosa-dosa kita semua anak-anak yang dikasihiNya, rela dia tanggung. Meskipun tau akan menderita sakit yang luar biasa seperti ini, dari awal Yesus tetap mau masuk kedalam rencana penyelamatan Ilahi. Semua sakit yang pernah kita derita tidak sebanding dengan sakit yang Dia derita. Yesus….sebagai manusia pernah merasakan semua yang kita rasakan.. bahkan perasaan kesepian dan ditinggalkan pun, Dia juga merasakan…. Dia mengerti dan Dia peduli…

 

IMG_7285.JPGlPerhentian 12: Yesus wafat di kayu Salib. Ketika itu hari sudah kira-kira pukul duabelas siang, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai pukul tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, “Ya Bapa, kedalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu!” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menyerahkan nyawaNya (Luk 23: 44-46) *hening sejenak untuk menghormati wafat Tuhan*. Kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesus menjadi sangat takut menyaksikan wafat Yesus secara demikian. Mereka berkata, “Sungguh orang ini adalah Anak Allah!” (Mat 27: 54). “Jika kita telah mati bersama Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga bersama Dia. Maka hendaklah kita semua sadar, kita telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Aku pernah membaca dari buku, saat Yesus disalibkan, Dia merasa tersiksa bukan hanya karena luka-luka ditubuhnya saja, tapi juga karena saat Dia disalib Dia memikul semua dosa kita. Dan karena dosa kita Dia tanggung, Bapa di surga tidak bisa mengulurkan tangan kepada Yesus, Yesus merasa ditinggalkan oleh BapaNya yang Dia kasihi. Saat itu mungkin adalah saat dimana Yesus merasa sangat sedih dan sendirian. Dan akhirnya, dengan kasih dan ketaatanNya, Yesus wafat dikayu salib. Salib itu…. salib itu… Jika memandang salib Yesus..itulah bukti terbesar dari cintaNya kepada kita. Salib itu… membentangkan penyelamatan yang luar biasa dari Bapa. Salib itu… bukti Dia membayar dengan lunas diri kita dari cengkraman dosa dan maut. Salib itu… adalah tanda kemenangan, tanda pengharapan baru.. Maut..telah dikalahkan, Yesus telah menang!

 

IMG_7293.JPGlPerhentian 13: Yesus diturunkan dari Salib. Di dekat Salib Yesus berdirilah Maria, ibuNya, saudara ibuNya Maria istri Kleopas, dan Maria Magdalena. Salah seorang prajurit menikam lambung Yesus dan segera keluarah darah serta air (Yoh 19:25, Yoh 19: 34). Hari mulai malam. Maka Yusuf dari Arimatea, yang telah menjadi murid Yesus memberanikan diri menghadap Pilatus untuk meminta jenazah Yesus. Pilatus heran waktu mendengar Yesus sudah mati. Setelah mendengar keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan jenazah Yesus (Mrk 15: 42-46). Maria menerima jenazah Yesus dipangkuannya. Maria melaksanakan apa yang pernah dikatakannya, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah kepadaku menurut perkataanmu.” (Luk 1: 38). Maria memang pantas menjadi teladan setia orang beriman. Ketika Yesus menderita, ia tetap setia berada di sampingNya. #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Maria menerima Yesus dipangkuannya…. Huufff aku cuma bisa menghela napas panjang… Yesus dilahirkan ke dunia ini, hingga akhirnya Yesus kembali menghadap BapaNya di surga, Maria dengan setia selalu ada disampingNya. Maria tidak memalingkan wajah, dan tidak pernah membiarkan Yesus berjalan sendiri dalam penderitaanNya. Meskipun hati Maria terkoyak, dia tetap melihat dan menemani putranya sampai terakhir. Maria adalah bunda yang luar biasa. Ketabahan, kesetiaan, kasih dan imannya begitu besar. Semoga aku juga bisa meneladan sifat-sifat Maria sebagai seorang ibu.

 

IMG_7302.JPGlPerhentian 14: Yesus dimakamkan. “Para murid mengambil jenazah Yesus dan mengafaninya dengan kain lenan, dan memburatinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat tempat Yesus disalibkan ada sebuah kubur baru yang didalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Maka mereka membaringkan mayat Yesus disitu” (Yoh 19: 40-42). “Kita semua, yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya. Oleh pembaptisan kita telah dikuburkan bersama-sama Dia, supaya sama seperti Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup secara baru.” (Rm 6:3-4) #Sumber Renungan: Jalan Salib dari eKatolik.

–> Saat Yesus wafat, mugkin para muridNya merasa bingung ya. Aku kalau membayangkan saat itu, mungkin mereka berasa harapan dan semangat mereka hilang. Sedih pastinya, bengong terkadang, hilang arah tujuan hidup karena panutan mereka tidak ada lagi. Kematian selalu membawa kesedihan bagi siapapun yang ditinggalkan. Tapi ternyata kematian Yesus itu bukan akhir…. Kematian tidak bisa mengalahkan kuasa Allah Bapa… Justru melalu kematian Yesus inilah, jalan kemenangan dan pengharapan mulai terbuka. Kematian Yesus adalah awal dari berkat luar biasa yang Bapa sediakan bagi kita anak-anaknya yang berdosa. Aku sendiri selalu berharap dan berdoa, agar aku pun bisa mematikan manusia lama dan dosa-dosaku… dan memperoleh harapan baru di dalam Yesus Kristus.

Salah satu ayat kesukaanku: Walaupun dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia mengosongkan diriNya, mengambil rupa hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah amat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuklah segala yang ada di langit, yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi, dan segala lidah mengaku, Yesus Kristus adalah Tuhan, untuk kemuliaan Allah Bapa (Flp 2: 5-11)

 

 

 

 

Inilah rangkaian kisah sengsara Yesus ketika mejalani Jalan Salib. Hari ini adalah Jumat Agung, dimana umat Katolik memperingati wafat Tuhan Yesus.

 

Via Dolorosa (part 3): http://piets-art.com/blog/2017/04/via-dolorosa-2d-clay-part-3/

Via Dolorosa (part 5-End): http://piets-art.com/blog/2017/04/via-dolorosa-clay-2d-end/

 

 

 

 

Play with clay, Piet’s Art touch the heart with art

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *